Anak-Anak
Kalau ditanya, apa sih momen yang paling berkesan selama hidup? Bagiku jawabannya adalah masa ketika anak-anak. Satu fase yang amat sebentar jika dibandingkan dengan durasi hidup yang telah dilalui, tapi banyak hal-hal menyenangkan selama menjadi anak-anak yang sulit untuk diulang lagi saat ini.
Tidak dilahirkan dari keluarga yang berlimpah harta, membuat masa anak-anak aku sama sekali tidak ada unsur kemewahan. Aku hidup seperti anak-anak di kampung pada umumnya. Main lumpur di sawah, main layangan, bikin boneka dari pohon pisang, manjat pohon mangga sampai ikut bajak sawah sama kerbau. Dunia anak-anak penuh dengan hal-hal yang mempesona.
Aku tidak punya boneka barbie cantik seperti yang dijual di toko-toko. Tapi aku punya boneka dari pelepah pisang yang rambutnya panjang—meskipun rambutnya warna hijau—dan bisa dikepang. Aku punya seperangkat alat-alat dapur dari botol atau barang bekas yang bisa aku pakai untuk memasak dedaunan dan kue-kue yang tentunya tidak bisa dimakan. Aku tidak pergi ke time zone untuk bermain mandi bola tapi aku mandi dan berendam di danau sambil bermain bola. Anak-anak punya kebebasan yang tidak terikat aturan, tanpa pamrih, kebebasan yang tidak ada motif terselubung di baliknya.
Mereka seharian bermain
layangan dibakar terik matahari dan pulang menjelang adzan magrib. Sementara orang
dewasa akan lelah setelah seharian beraktivitas, lain hal dengan anak-anak. Setelah seharian bermain, alih-alih
menyegarkan diri dengan istirahat, anak-anak akan
menyalakan kipas sambil membuka mulut tepat di depan kipas karena menurut
mereka badan bisa menjadi lebih segar karena semua angin masuk ke dalam
tubuhnya. Mereka tertawa-tawa senang. Padahal keesokan harinya muntah-muntah. Hanya
jiwa yang bebas yang bisa melakukan itu.
Mereka beruntung bisa mendapat kesempatan untuk melakukan hal-hal menakjubkan saat anak-anak. Karena tak semua anak beruntung. Sejauh yang aku temui, ternyata ada anak yang harus menggendong speaker kecil di punggungnya sambil bernyanyi dengan suara sumbang di pasar. Atau membawa wadah berisi es yang harus dijual di alun-alun. Anak-anak yang seharusnya main layangan di bawah terik matahari, tapi diantara mereka ada yang harus berjalan menjajakan minuman di gelas plastik sambil terbakar matahari. Dunia mereka sempit sekali. Mereka tidak diberi banyak kesempatan.
Tapi sayangnya bukan hanya mereka saja. Ada juga anak-anak yang
dikurung di dalam rumahnya, berkamuflase dalam kesenangan yang fana, dicekoki gadget, main game berjam-jam, seharian menonton video youtube yang kontennya tidak sesuai dengan dunia mereka, mengurung
anak di dalam rumah dengan dalih khawatir akan ‘tertular’ kebiasaan buruk dari
luar. Padahal sejatinya hidup anak-anak untuk bermain.
Anak-anak yang di luar untuk
bekerja dan anak-anak yang di dalam rumah tanpa kegiatan bermain sesungguhnya
hidup dalam dunia mereka yang hampa. Mereka tidak bisa bermain dalam arti
sebenarnya. Mereka istirahat karena kelelahan bekerja. Atau justru malah malas
beristirahat karena kecanduan main game.
Secara tidak sadar orang dewasa merebut kebebasan mereka. Anak-anak ditarik
keluar dari dunia mereka. Anak-anak dicekoki kehidupan orang dewasa, yang iri
pada kebebasan anak-anak yang tak lagi bisa mereka dapatkan. Sungguh elegi.
Keren sekali ceritanya.... Semua itu saya alami juga karena latar belakang saya yang berasal dari sebuah desa (lebih tepatnya lembur) yang banyak sekali kenangan... Namun disadari banyak sekali progres yang dialami saat ini anak anak kehilangan kemerdekaannya karena pengaruh kemajuan teknologi, bahkan ketika saya melakukan penelitian sederhana menunjukkan 68% anak di desa saya ketika mereka berkumpul dalam nyatanya memang mereka berkumpul tapi didalamnya mereka kehilangan seni bagaimana berbagi,diskusi,canda tawa... Yang mereka alami hanyalah fokus dengan gedgetnya masing" ... Sisi lain saya sangat khawatir dengan keadaan mereka tapi ya mau tidak mau suka tidak suka sangat sulit untuk merubahnya kecuali solusinya dengan mengarahkan dalam pemakaian gedgetnya itu, hal diatas menjadi faktor dalam hidup Yogi untuk berkontribusi pada bidang pendidikan yang outputnya adalah memfasilitasi anak,teman untuk belajar meski dengan keadaan fundamental mereka.
BalasHapusKeren, pak! Jangan bosen bereksplorasi sama anak-anak.
Hapus