Tumbuhan VS Manusia
Padahal nyiramin tanaman di rumah hampir tiap hari, tapi baru kemarin tiba-tiba kepikiran, kenapa ya manusia gak bisa tumbuh seperti tumbuhan? Dimana tumbuhan punya cara tumbuh yang berbeda. Sedangkan manusia seringkali diharuskan memiliki cara tumbuh yang serentak dan serupa dengan manusia yang lainnya.
Tumbuhan
selalu dihargai bagaimanapun cara mereka tumbuh. Bunga matahari tidak pernah
dipaksakan untuk hidup menjalar. Kalaupun dipaksakan pasti akan terlihat aneh
dan tidak enak dilihat kalau bunga matahari jadinya tumbuh merambat bukan menjulang ke
atas.
Kaktus
tidak mungkin memiliki daun yang halus, karena kaktus tidak akan bisa hidup
kalau bentuk daunnya demikian.
Mawar tidak perlu memiliki batang yang kuat, cukup dengan duri pada tangkai, mawar sudah bisa melindungi dirinya.
Meskipun mungkin ada beberapa orang yang merasa analogi antara tumbuhan dan manusia ini kurang tepat, namun pada dasarnya manusia dan tumbuhan sama-sama berasal dari tanah. Semestinya proses tumbuh antara manusia dan tumbuhan bisa sama.
Kalau dirasa orang-orang di sekitar terlalu membandingkan dan terlalu ambisius pada pencapaian, semestinya kita harus mulai menanamkan pada diri bahwasanya kita semua tak jauh berbeda dengan tumbuhan. Dengan spesies, jenis, dan karakteristik yang berbeda. Pasti menyenangkan apabila manusia bisa tumbuh ‘bebas’ seperti tumbuhan.
Kalau
manusia bisa tumbuh seperti tumbuhan, mungkin tidak akan ada lagi anak yang
diharuskan bagus nilai-nilai mata pelajaran di kelas, padahal dia adalah calon
pemain sepak bola yang ulung.
Kalau
manusia bisa tumbuh seperti tumbuhan, pasti tidak hanya anak-anak yang juara
lomba matematika, dapat medali emas, dan siswa ranking 1 saja yang tergolong
pintar. Tapi, semua anak dengan kapasitas yang mereka miliki adalah anak yang
cerdas.
Kalau manusia bisa tumbuh seperti tumbuhan, pasti tidak akan ada istilah insecure saat teman-teman sebaya sudah mapan sedangkan gaji bulanan kita habis untuk makan. Kita tidak akan merasa risau, gelisah dan khawatir ketika teman-teman sebaya sudah melabuhkan hati pada seseorang sedangkan kita masih dalam pencarian.
Karena kita tahu bahwa masing-masing dari kita adalah spesies yang berbeda. Punya waktu mekar dan ranum yang berbeda.
“Saya
tumbuh melejit hebat”
“Saya
juara 1”
“Saya
menang kejuaraan Fisika”
“Saya
kuliah di Perguruan Tinggi Negeri paling top di Indonesia”
“Saya
bekerja di perusahaan besar”
“Gaji
saya sudah dua digit”
Arti
tumbuh pada manusia seakan didikte agar sama. Penuh dengan pencapaian dan
kejar-kejaran. Arti tumbuh pada manusia dipersempit atas standar ganda yang ramai
dibincangkan masyarakat. Dan, bila rute tumbuh kita berbeda dengan yang lain,
habis sudah rasa percaya diri. Dari dulu masih tetap begitu saat sekolah
hingga kini sudah dewasa.
Padahal, kalau sejak dini manusia diajarkan tumbuhan seperti tumbuhan, kelak saat dewasa mereka tidak lagi bingung akan jadi apa. Mereka tidak akan membanding-bandingkan pencapaian dirinya dengan yang lain. Karena mereka tahu kapan mereka akan mekar dan ranum dengan sendirinya.
Barangkali
letak perbedaannya adalah kalau tumbuhan sudah diberi identitas dia harus
tumbuh jadi apa, lain halnya dengan manusia. Dengan begitu, tugas besar manusia
berarti mencari tahu, kamu ingin tumbuh seperti apa? Beringin yang kokoh,
kaktus yang kuat atau mawar yang jelita. Kamu ingin menjadi manusia seperti
apa?
Maka, mulai saat ini ketika aku melihat teman-temanku tumbuh ranum, aku akan senang tanpa membandingkan. Karena aku akan mekar sebagai diriku sendiri.
Tidak
ada tumbuhan yang tidak bermanfaat. Sama halnya dengan kita sebagai manusia.

Komentar
Posting Komentar